Kenapa Orang Tua Selalu Membanding-Bandingkan Anaknya?
Sebagian besar orang tua mendambakan anaknya tumbuh, berkembang, serta berprestasi.
Oleh sebab itu, orang tua melakukan berbagai hal supaya orang dapat meningkatkan kemampuannya, salah satunya adalah membandingkan dengan saudara kandung maupun orang lain.
Tujuan dari membanding-bandingkan yang dilakukan orang tua kepada anak sebenarnya baik. Orang bertujuan supaya anak dapat meniru sesuatu yang baik dari saudara kandungnya maupun orang lain.
Kendati demikian, anak bisa saja salah paham mengenai apa yang orang tua lakukan. Maka dari itu, perilaku membanding-bandingkan anak dapat dikurangi, dan orang tua lebih memberikan dukungan kepada anak.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�VÛnÚ@}GâæÑŽÄÚ{÷VU%'˜„ n«*êJI©¹4â¥ßÛ[pº'|Ù9sföÌÌ&ùëöán}»…÷ï“|»]ßþÜü€›¤|~ùž”^6Ér}ÿð´Þ>}ø §ã3ø=Hc˜„ÿ¥ÎX¦�‹ŒYŠ3-àöq8H¦�ëû�†ñ3|NK|2áÀ9K”wï¬é‰dJ€u( DËîéë|8¸‰ þåÇá @{(g É’ˆ.ΦcH>5¸ ®Þ‚‹L9ËËL~f×±Ž¦ñHFËXE«i—¾çƒJé˜ãmÐNž" Bù’`2‹Y«!Š ²)fpÛ¨8Ï‘cY‘¤Çûðu´2´L¸è9ç‹®ô¯çø©P馀Éu,£"vt9½.þóÊ©Â 3¢åå-½ÝRËxkeYPò/rô>&j1¯wášÒd$ÓYAË¥‰cNP³Ï‘Ǧ «zñH7.T½hAkNÑÒF³+º!£K�3Ëk-à%ŒhwEËV~í!žÂhæ,”†T ÑÓš`QKŒÙ#œ@�³äÚ�ª’É|ýtÑÃ�Ñt‡tŠÅ–aò¸fBôAT‡“‰Â�h«@p*[éP¼¸>.mA8ld&¨€{à›@<ÊÇz^Å#ýÂ}Ýü|wh+°²í³Nßöx#²’JS*ÁRÎ…WåçÕàyH"Žmƒìóª§÷„:â²”ñ7�zëëf8¸; ÐÏB©CA[‰©°ÌÉ][¾ÙU1g–g˜JN÷ïÓêƒ7/²®”¹�` Ê åóHÞyz¼$“®‚ÍzAò¾�Æ1Ó«ýsq²™�BiúéÙ£øk–X¦ýR©B¼œ¥ú¡î³w¤w.Q4Pèå7¿€Þ_ï ¦«y¾è¤£t”pÔÉöèÀ(%Å”·]wx¡ö $böáҪɆªÓ¬-¾“,õš˜øQD¹š—4ÐW‡Æ‡L9oìÉ�M¥å¡´µ‚I5ã® ÑH¨ì¹Á†�bÀ3�bk«¿øá[owYí<,š1ù¯£yÆco÷yp‹¼¤Aíå°èªÊ"ÕfÓR¨«‡•¨Š/bAœ¨Y‰Îs[*,‘àºP‚gHa™äm”î3¤Ø¾QóÕŸÔ„� G³všZ¼à)s¦êô_Oà §7•Gz�©@� ÌÈÆe{§tLr}L¯Üþ p, endstream endobj 5 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ` ` ÿá ZExif MM * J Q Q ÃQ à † ±�ÿÛ C $.' ",#(7),01444'9=82<.342ÿÛ C 2!!22222222222222222222222222222222222222222222222222ÿÀ ³¼" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? ÷ú(¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ †{…ƒ'µJÌK1Àk/滸ôÏè*¢“Õì„ ÓpçTµ—�k9Véœ7øÖ ŒŽA¢JÏ@ (¢¤Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Ši‘ï:�©¨ÚêÈß’=)Ù°&¤gT]Ì@Ö©>¡ÿ <Óñj€,÷M“’=OAUÉme ®,ó½Ì�¹àzÔŒ~ÇUÁ‘¹cRªGirr{Ÿ_jŽÙiMÄž¿-Kšjÿ e~ 4¯ÚáÞ?Ö¯Þ‹k£Èù۟ʇÒà:ŒÆÝEM,Ü(t 1è{ io³Ð Œ‚=¥¬ ÓÚ¶9=ù¬& ¸ùЃíUÈ÷Z…Ë´TKu ãÅH®÷X¡©³´QE (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (ªóÝ$?(ùŸÓÒšMìä…$ ;š«%ò/^‚ªþúíóɧ€*Ìvq§ßùÏ¿Jrp‡Å¸j@n®%$.~Š)<‹™1¸7ü ªù+òUWò¨šîüDýB'ðD,W2¬¢ž¶?4„ý)¿OáF?SIö©ßîCúCuŸ�hL–±'DÉõ<ÒËq#忺*¾Ë¹~ól\T±YÆœ·ÎÞý*ŠÖnáèB‘Éváäâ1ÐéW@ è)h¬§7/A¤5Ñ]J°È5O÷¶mýè‰ÿ ?�^£¨ÁÖœ'Ë£Ø#ŽXæ_”ƒê¦˜ö�·ðí?ìšd–HNc%éMÅä]ñùÿ õëD–ð�½A¬ðÉùŠŒÙJ:2ŸÆ¤û\«þ²úŠp¿�ø•‡Óšµ*ËÌ4 ò®£]à²Ô«y
Judi telah menjadi topik kontroversial yang diperdebatkan oleh banyak pihak. Sementara beberapa orang melihatnya sebagai bentuk hiburan yang relatif aman, yang lain menganggapnya sebagai kegiatan yang merugikan dengan dampak negatif yang signifikan. Artikel ini akan membahas beberapa dampak negatif yang terkait dengan praktik perjudian, termasuk masalah keuangan, masalah kesehatan mental, dan konsekuensi sosial yang mungkin timbul.
Salah satu dampak negatif yang paling sering dikaitkan dengan judi adalah masalah keuangan. Bagi banyak orang, judi bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga berpotensi menyebabkan kerugian finansial yang serius. Orang-orang yang terlibat dalam perjudian cenderung tergoda untuk terus berjudi dalam upaya untuk mendapatkan kembali kerugian mereka, yang sering kali berakhir dengan lebih banyak kehilangan uang. Terlibat dalam praktik judi yang tidak bertanggung jawab juga dapat menyebabkan hutang yang signifikan dan kesulitan keuangan jangka panjang.
Dampak negatif lainnya yang sering dikaitkan dengan judi adalah masalah kesehatan mental. Seseorang yang kecanduan judi dapat mengalami stres, kecemasan, dan depresi yang berat. Tekanan finansial yang dihasilkan dari kehilangan uang dalam perjudian dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan pribadi, masalah keluarga, dan bahkan bunuh diri. Kecanduan judi juga dapat mengganggu produktivitas dan kinerja seseorang di tempat kerja, serta merusak kualitas hidup secara keseluruhan.
Praktik perjudian yang tidak sehat juga dapat memiliki konsekuensi sosial yang merugikan. Misalnya, seseorang yang kehilangan banyak uang dalam judi mungkin mencoba mencuri atau melakukan tindakan ilegal lainnya untuk memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Ini dapat merusak hubungan dengan orang-orang di sekitarnya dan dapat menyebabkan isolasi sosial. Selain itu, judi yang tidak bertanggung jawab dapat memicu konflik dalam keluarga dan perselisihan hukum terkait perjudian.
Meskipun judi dapat memberikan kegembiraan dan kesenangan kepada beberapa orang, penting untuk diakui bahwa praktik judi yang tidak bertanggung jawab dapat memiliki dampak negatif yang serius. Masalah keuangan, masalah kesehatan mental, dan konsekuensi sosial adalah beberapa contoh dampak negatif yang mungkin timbul. Penting bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan untuk menyadari risiko ini dan mempromosikan praktik perjudian yang bertanggung jawab, serta menyediakan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang terpengaruh oleh masalah judi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Dokumen tersebut membahas tentang bukti matematis bahwa perkalian dua bilangan negatif akan menghasilkan bilangan positif. Bukti tersebut dilakukan dengan menggunakan sifat-sifat dasar operasi bilangan seperti distributivitas, komutativitas, dan kebalikan bilangan. Contoh-contoh sederhana juga diberikan untuk membuktikan setiap kasus perkalian dua bilangan.Read less
tirto.id - Efek membandingkan anak dengan orang lain di antaranya bila menghilangkan rasa kepercayaan diri anak hingga anak menjadi benci kepada orang tua atau siapapun yang dibandingkan dengannya.
Tidak hanya berefek kepada buah hati, membanding-bandingkan anak dengan orang lain juga membuat kepercayaan orang tua hilang.
Perilaku membanding-bandingkan anak merupakan salah satu kasus yang masih kerap terjadi di Indonesia.
Kasus membanding-bandingkan anak tidak hanya dilakukan orang tua kepada sesama saudara kandung bahkan kepada orang lain.
Perilaku membanding-bandingkan anak yang dilakukan orang tua dapat disebut dengan istilah sibling rivalry.
Kendati tujuan dari perilaku sibling rivalry adalah memberikan motivasi anak, namun perbuatan tersebut memiliki efek tidak baik kepada anak bahkan orang tua sebagai pelaku utama.
Dalam jurnal Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Pengetahuan Ibu Terhadap Sibling Rivalry Pada Anak Usia 3–5 Tahun di TK Aisyiah Bantul Yogyakarta Tahun 2017 (2018) yang ditulis Sri Dinengsih dan Melly Agustina, dijelaskan bahwa sikap membanding-bandingkan anak yang dilakukan orang tua merupakan bentuk kekerasan.
Dampak Membandingkan Anak/Efek Membandingkan Anak
Ilustrasi anak tidak percaya diri. FOTO/iStockphoto
Dampak membanding-bandingkan anak bukanlah hal yang dapat disepelekan. Ingatan terkait perilaku membanding-bandingkan bahkan dapat teringat di memori anak dalam jangka panjang hingga dewasa.
Bahkan ingatan saat anak dibandingkan, dapat ikut dipraktekkan anak ketika kelak menjadi orang tua yang mendidik buah hatinya.
Sekilas membanding-bandingkan anak memiliki efek positif bagi anak. Namun tidak semua anak dapat mencapai tren positif yang dipikirkan orang tua.
Maka dari itu, kasus membanding-bandingkan anak justru menyebabkan terjadinya dampak-dampak negatif.
Berikut ini beberapa dampak atau efek sering membanding-bandingkan anak dengan orang lain:
1. Anak merasa tidak bisa apa-apa
Anak yang kerap dibanding-bandingkan akan cenderung memiliki rasa serba salah dalam melakukan berbagai hal.
Sebab, anak merasa apapun yang dia lakukan tidak akan membuat orang tuanya bahagia.
2. Kecemasan anak meningkat ketika mendapat masalah atau melakukan berbagai hal
Orang yang tua yang kerap membanding-bandingkan akan membuat anak merasa tidak mampu melakukan berbagai hal atau masalah dan dapat menimbulkan kecemasan berlebih.
Hal itu terjadi karena adanya perasaan bahwa orang tuanya yang tidak mendukungnya dan cenderung membandingkan hasilnya dengan milik orang lain yang lebih baik.
3. Kepercayaan anak hilang serta menumbuhkan sikap antisosial
Anak yang kerap dibanding-bandingkan dapat memiliki rasa malu yang besar. Maka dari itu, perkara tersebut dapat membuat seorang anak mengurung diri.
4. Harga diri anak rendah
Ada anak yang menanggapi kritik dari orang tua dengan menyimpannya sendiri. Namun kemungkinan hal itu bisa berkembang dengan keyakinan bahwa ada sesuatu yang salah pada diri mereka dan menyebabkan perasaan dirinya selalu rendah di depan orang lain.
Jika anak terus-menerus dibandingkan dengan mengecap bahwa dirinya tidak cukup baik daripada anak-anak lain, maka perasaan yang muncul adalah dirinya tidak baik dan kondisi ini jika terus dibiarkan, suatu hari nanti bisa menjadi pemicu aktif rasa sakit yang laten, sehingga membuat pikiran dan tubuh anak menjadi kacau.
5. Anak merasa ditolak
Masalah terbesar bagi seorang anak adalah ditolak karena keasliannya, dan berusaha menjadi orang lain demi yang menyenangkan orang tuanya.
Penolakan orangtua pada anak yang berusia yang masih sangat muda berisiko anak mengalami masalah kesehatan mental di kemudian harinya.
6. Merasa superior dibanding yang lain
Dikutip laman Times of India, terkadang membanding-bandingkan juga dapat membuat seorang anak percaya bahwa ia lebih unggul dari yang lain, merampas kerendahan hati dan secara halus menanamkan kesombongan ke dalam kepribadiannya.
7. Anak menjadi benci kepada orang tua karena kerap membanding-bandingkan
Orang tua yang lebih meninggikan prestasi orang lain di hadapan anaknya juga akan membuat buah hatinya kecewa.
Terlebih lagi, anak akan membenci orang lain yang menjadi tolak ukur pembanding dari orang tuanya.
Selain berefek kepada anak, perilaku membanding-bandingkan juga memiliki dampak kepada orang tua.
Salah satu dampak kepada orang tua yang suka membanding-bandingkan adalah hilangnya pandangan akan kemampuan dan keunikan anak. Sebab bisa jadi pandangan orang tua menjadi fokus kepada anak lain.
Psikologi Membandingkan Anak
Ilustrasi. Getty Images/iStockPhoto
Terdapat berbagai alasan terjadinya perilaku membanding-bandingkan anak yang dilakukan orang tua.
Salah satu alasan kuat terjadinya sibling rivalry adalah keluarga yang memiliki anak-anak dengan usia yang tidak terpaut jauh.
Titiek Idayanti dan Surya Mustikasari dalam jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sibling Rivalry Pada Anak Usia Prasekolah (3–6 Tahun) (2014) menuliskan bahwa perasaan cemburu dan benci biasanya dialami anak yang terhadap kelahiran saudara kandungnya, terlebih jarak usia mereka terlalu dekat.
Perilaku membanding-bandingkan anak dengan orang lain mungkin tidak dapat dihindari karena memuat hal positif.
Kendati demikian, orang tua dapat mengurangi perilaku membanding-bandingkan anak dengan orang lain. Dalam hal ini, orang tua seharusnya dapat memberikan pengarahan dan membimbing anak.
Sebagai contoh ketika terjadi sebuah perselisihan antar anak, orang tua dapat mencari tahu sumber masalah, dan tidak memihak kepada salah satu. Kemudian orang tua mengajarkan kepada anak untuk saling memaafkan.
Kemudian untuk kasus membanding-bandingkan anak kepada orang lain, orang tua sebaiknya mengetahui bahwa tidak semua individu dapat disamaratakan.
Apabila menginginkan anak menjadi unggul tentunya dibutuhkan berbagai pengorbanan mulai dari waktu, biaya, dan sebagainnya.
Membandingkan anak bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Sebagaimana jika kasus tersebut dibalik, orang tua satu dengan lainnya tentu tidak dapat dibandingkan. Mereka memiliki penghasilan hingga cara mendidik anak yang berbeda-beda.